Kamis, 30 Juni 2011

Catatan Gladikarya (Serie 4)



GLADIKARYA
Hari ke Empat
Serie identifikasi Desa Kertawangi
IDENTIFIKASI KAMPUNG CIBOLANG


Kampung Cibolang yang terlatak dilembah di desa Kertawangi bisa dianggap sebagai kampung yang lebih terpencil dibandingkan yang lainnya di desa Kertawangi. Terletak di lereng gunung Burangrang dan diakses melewati jalan berliku dengan tebing yang tinggi di sekitarnya. Desa Cibolang memiliki suhu dengan rata-rata 20 derajat Celsius di siang hari dan lebih dari itu bila beranjak malam.

Kampung Cibolang dengan kesehajaannya menggantungkan diri pada kegiatan pertanian. Lereng gunung yang landai, gunung yang tegak, dan air yang melimpah menjadikan kampung Cibolang berpotensi untuk pengembangan pertanian terutama hortikultura dan sapi perah. Kampung ini memang bukan menjadi tujuan kami yang berorientasi pada usaha jamur, namun dengan potensi yang dimiliki kampung Cibolang menarik untuk kita pelajari.

Observasi yang saya lakukan mengidentifikasi bahwa usaha pertanian kampung cibolang terbagi atas pertanian holtikultura dan usaha ternak sapi perah. Usaha ternak sapi perah sebenarnya sangat berpotensi. Kondisi geografis yang mendukung, mengakibatkan suhu di kampung ini cocok untuk budidaya ternak perah. Lahan yang masih tersedia dan belum di manfaatkan dapat menjadi penghasil hijauan. Selain itu, air yang melimpah pun dapat dipenuhi dimana budidaya sapi perah membutuhkan air yang melimpah. Akan tetapi, sejauh observasi selama tiga hari ini belum menunjukan budidaya yang lebih terkonsentrasi oleh penduduk. Sejauh ini, sapi perah hanya menjadi usaha sampingan warga dengan jumlah sapi per rumah tangga hanya 1-3 sapi. Belum ditemukan usaha sapi yang melebihi dari 3 sapi. Bahkan pemilik sapi di desa ini pun tidak sampai lebih dari lima rumah tangga.

Komoditas holtikultura yang dibudidayakan terdiri dari bunga kol, kacang buncis, labu siam, brokoli, pisang, tomat dan bunga. Komoditas holtikultura sangat cocok dibudidayakan. Geografis, iklim, dan ketersediaan sumberdaya air sangat mendukung. Penduduk Cibolang sejauh ini memaksimalkan pertanian holtikultura sebagai mata pencarian. Hal ini diakui oleh sebagian warga yang menyampaikan bahwa setiap keluarga di Kampung Cibolang pasti memiliki sepetak lahan yang digunakan untuk holtikultura. Lahan tersebut bisa berupa lahan yang terletak jauh dirumah penduduk, ataupun lahan yang terletak di di halaman depan atau belakang rumah. Menjadi pemandangan yang biasa bila melihat ada beberapa petak tanaman sayur tepat didepan pintu rumah di Cibolang.

Pengusahaan holtikultura yang tidak terencana antar petani menyebabkan dari segi kuantitas tidak dapat dipastikan secara pasti dan hal tersebut pun terjadi pada varian kualitas. Para petani bila dilihat dari segi kuantitas hanya mampu menghasilkan tidak terlalu banyak. Hal tersebut tentu berbanding lurus dengan tingkat pendapatan para petani yang sangat minim. Setiap paginya, para petani yang telah memanen hasil pertaniaannya akan berbaris di sepanjang jalan kampung dengan rapi beserta hasil panennya. Mereka menunggu kendaraan para pengumpul/tengkulak yang akan membawa hasil panen mereka ke pasar tujuan.

Tengkulak dalam kasus ini mengumpulkan hasil panen dan mendistribusikannya. Pasar tujuan dari para pengumpul adalah Pasar Induk Cibitung, Kramat jati, Tanah Tinggi, ataupun pasar Bogor. Perjalanan yang ditempuh diperkirakan paling ideal selama lima jam. Hal tersebut guna menggurangi biaya pengiriman berupa kerusakan produk. Produk yang pertanian Kampung Cibolang dikirim menggunakan truck angkel dan ditumpuk dengan kurang baik. Perjalanan dimulai pukul 08.00 wib dan diharapkan sampai pada siang hari. Sore hari transaksi perdagangan akan dimulai hingga menjelang dini hari.

Tataniaga sayuran Kampung Cibolang secara keseluruhan tidak memiliki banyak alternatif. Alur tataniaga terdiri dari Petani – Tengkulak - Pengumpul besar – pedagang kecil-konsumen. Alternatif lainnya adalah Petani- Tengkulak –pedagang kecil – konsumen. Pada akhirnya aktivitas tataniaga tersebut menyebabkan meningkatkan margin tataniaga dari produk Holtikultura kampung Cibolang.

Petani akan menjual produknya kepada tengkulak yang ada dikampung Cibolang dengan informasi harga yang sangat terbatas. Para tengkulak tersebut akan mengumpulkan dan akan membawa produknya ke pasar tujuan. Di pasar tujuan terdapat dua alternatif yang selama ini dilakukan para tengkulak. Alternatif pertama adalah menjual kepada pedagang besar yang ada di pasar induk, alternatif lainnya adalah menjual kepada pedagang kecil yang menurut para petani sebagian merupakan pedagang yang berasal dari Kertawangi.

Didalam melihat jalur mana yang lebih efisien dan memiliki margin tataniaga dibutuhkan penelitian lebih lanjut sebelum memberikan rekomendasi. Pada dasarnya kehadiran jalur-jalur tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan para petani dan terjadinya perdagangan yang lebih adil. Mungkin ini sepenggal analisis dan observasi saya mengenai Kampung Cibolang Cisarua Bandung barat didalam waktu empat hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar