Kamis, 16 Agustus 2012

Indonesia di usia senja

Besok tepat 67 tahun yang lalu, di hari jumat di bulan Ramadhan. Ikrar janji suci diucapkan oleh dua proklamator untuk membangun sebuah negara dan bangsa. Indonesia namanya. Makmur negaranya, dan melimpah sumberdayanya. Tujuan mulia untuk menjadi negara yang berdikari dalam ekonomi.

Sudah 67 tahun janji tersebut terucap. Tentu dengan usia tersebut telah beranak cucu bila dibandingkan dengan manusia. Pastinya telah dewasa dan mengerti akan pahit dan asamnya hidup. Berkecukupan dalam pengalaman. Sudah ada 5 presiden yang memimpin. Tentunya sejarah telah memberi pembelajaran.

Akan tetapi, kita semakin jauh dari titik awal tujuan berdirinya negara ini. Hampir hilang makna dari bangsa ini. Kita telah berbeda-beda warna. Ada merah, biru, kuning, ungu, ataupun hijau sehingga kita tak pernah bernaung dalam warna yang sama yaitu merah putih.

Permainan elit wakil kita semakin tidak wajar. Dimulai dengan pembangunan pagar bernilai milyaran yang menjadi pembatas rakyat terhadap wakilnya, kursi dengan nilai Rp 23 juta per unit, dan rencana pembangunan gedung baru yang dipaksakan dengan nilai trilyunan namun pembanguan gedung KPK malah dihalangi.

Eksekutif tentu tidak mau kalah buasnya. Korupsi wisma atlet, builout bank century, korupsi pengadaan yang merata hampir di setiap kementrian hingga di tingkat kecamatan. Tidak kalah gilanya ketika kitab suci pun menjadi objek pengemplangan uang rakyat.
Semoga keajaiban Ramadhan menjawab kami yang tertindas. Waktu mungkin tidak bisa terulang, namun masih ada harapan.

"Ya Allah, ampunilah dosa kami dan berikan kebenaran menunjukan titah Mu ya Rob. Kami yang berjalan menyusuri hutan untuk pendidikan. Kami yang tidur berselimutkan alam dan beratap bintang. Kami yang tidak tahu apakah besok masih bisa makan. kami yang tertindas, namun akan selalu memiliki harapan".

Bogor, 16 Agustus 2012 pukul 23.30 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar